[RAILWAYS] Perkembangan Livery Kereta Api Indonesia dari masa ke masa

Penggunaan Livery adalah sebuah simbol kepemilikan sebuah lokomotif dan kereta dalam perkeretaapian dunia, termasuk Indonesia sendiri. Livery yang dipakai pun bermacam-macam warnanya dan polanya. Livery jadul yang kembali dipakai oleh lokomotif atau kereta-kereta saat ini dinamakan livery heritage.

Belakangan ini dihebohkan dengan hadirnya lokomotif CC 201 69 atau CC 201 83 31 yang dicat kembali dengan livery PJKA. Lokomotif tersebut menggunakan livery tersebut untuk mengingat kembali kejayaan PJKA saat itu. Livery yang dipakai oleh lokomotif-lokomotif saat ini adalah livery PT KAI era 2013 hingga 2020 yang masih dipakai saat ini. Bebeberapa lokomotif yang kembali menggunakan livery ini adalah D 300, D 301, BB 200, BB 201, BB 301, BB 306, BB 304, dan yang terbaru ini, CC 201. Beberapa lokomotif dan kereta pun pernah memiliki livery yang hanya bertahan sebentar dan bersejarah pastinya. Kali ini saya akan jelaskan perkembangan livery KA, baik lokomotif, kereta penumpang, dan KRL-KRD dari era PJKA hingga kini.

PJKA-PNKA

Livery Lokomotif

CC 202 Sebagai contoh dari penggunaan livery PJKA/PNKA

Bermula tahun 1950an dimana Lokomotif CC 200 alias Si Jengki menggunakan livery berwarna berwarna krem hijau dengan logo roda sayap yang besar. Lalu disusul dengan beberapa lokomotif lainnya, baik hidrolik maupun elektrik, seragam ini masih dipakai hingga tahun 1990an sebelum berganti biru-merah. Lokomotif BB 305 (baik Jeanbach ataupun CFD Perancis), menggunakan seragam yang serupa, namun hanya bergaris lurus, tidak seperti kebanyakn lokomotif-lokomotif lainnya. Keduanya dimiliki PT Kertas Leces, lalu dikembalikan kepada Perumka karena masalah finansial. 

Awal 90an, lokomotif CC 201 asli generasi terakhir menggunakan seragam PJKA dengan logo Perumka. Pada masa-masa itu adalah masa-masa transisi dari PJKA menjadi Perumka. Hal serupa dilakukan sempat oleh lokomotif BB 301. Pada tahun 80an hingga 90an, kebanyakan lokomotif menggunakan logo segilima berwarna biru dengan tulisan KA. Beberapa lokomotif yang mati tahun 1980an masih terlihat memakai livery PJKA.

Lokomotif BB 301 27 yang dikenal sangat bader ini pun menggunakan livery dengan warna krem dan merah, mengikuti rangkainnya dengan warna dan pola yang sama. 

Livery Kereta Penumpang, KRL, dan KRD

Untuk keretanya, livery yang dipakai bervarian, beberapa diantaranya hijau bergaris kuning, krem dan pink (KA Purbaya), krem-hijau, dan krem dengan aksen merah dan garis kuning. Untuk Kereta Bima sendiri, menggunakan Livery berwarna biru sebagai pembeda. Krem dan hijau sendiri sudah ada sejak SS atau Staatspoorwegen memakai livery ini. 

KRD MCW 301 dan 302 menggunakan livery dengan warna hijau dengan seleret krem, sementara KRD yang dipakai Gunung Jati menggunakan warna abu-abu dengan seleret merah.

Untuk KRL sendiri, livery yang dipakai menggunakan warna orange dan abu-abu stainless steel. 

PERUMKA

Livery Lokomotif


Contoh Penggunaan Livery Perumka pada lokomotif CC 205, livery ini masih bisa kita lihat di Sumatera sampai saat ini.

Perkeretaapian Indonesia memasuki babak baru usai bertransformasi menjadi perumka. Livery perumka yang dipakai adalah merah, biru, dan dengan garis putih dibawah. Livery ini dipakai oleh kebanyakan lokomotif-lokomotif saat itu, terkecuali CC 203 yang baru datang pada tahun 1995. 

Pada livery ini, CC 201 43 sempat menggunakan livery perumka yang aneh, bagian cowhangernya dicat abu-abu, dan kontras warnanya tidak segelap livery perumka kebanyakan. 

Sampai saat ini, livery ini masih dipakai di beberapa daerah, seperti Sumatera Selatan  dan Lampung masih banyak lokomotif-lokomotif yang menggunakan livery ini, bahkan lokomotif CC 205 yang baru datang tahun 2011 hingga saat ini masih menggunakan livery ini. 

Perumka juga mengujicobakan lokomotif CC 201 96 dengan dua jenis livery baru berwarna putih dengan aksen berbeda. CC 203 08 juga sempat menggunakan livery putih dengan logo perumka yang amat besar dibadannya.

Livery Kereta Penumpang, KRL, dan KRD

Untuk livery pada kereta, terdapat tiga jenis dengan model yang sama, yakni biru tua dengan biru muda (eksekutif), biru tua dengan hijau (bisnis), dan biru tua dengan merah (ekonomi, masih dipakai hingga tahun 2008). Lalu sejak diresmikannya dua KA Argo, yakni JS950 Argo Bromo dan JB250 Argo Gede, liverynya pun berganti menjadi putih dengan aksen abu-abu dengan garis dua biru. Sama seperti penariknya si Railsprinter yang menggunakan livery putih dengan dua garis biru. 

Kemudian muncul kembali KA Satwa, lalu menggunakan livery yang sama dengan livery KA Argo. Bedanya warna aksennya menggunakan warna krem sebagai pembeda antara Satwa dengan Argo. Pada tahun itu juga, livery KA Sidang Marga di Sumetra Selatan juga menggunakan livery argo/satwa polos putih dengan dua garis birunya. 

Perumka juga menghadirkan livery satwa yang baru, yakni puith bergaris abu-abu dibawah dengan garis berwarna hijau tosca. KA Taksaka dan Sembrani juga sempat menggunakan rangkaian ini, kemudian disusul Gajayana dan Cireks (kini Argo Cheribon). 

Contoh pemakaian Livery KA Argo Bromo Generasi II. Edit oleh saya

Pada tahun 1997, Perumka meresmikan KA Argo Bromo Anggrek, pada livery yang dipakai adalah dua garis biru dengan kaca lurus berwarna hitam dengan latar berwarna pink, interiornya sendiri menggunakan warna hijau tosca dan putih. Rangkaiannya sempat digunakan juga oleh Argo Sindoro, Argo Lawu, dan Argo Muria (4 serangkai Argo Kenamaan :)). Satu unit M1 Argo Bromo sempat terbakar dan menggunakan livery dibawah ini :

Livery M1 Argo Bromo gnerasi kedua yang dipakai M1 97903. M1 ini sempat terbakar dan sempat direparasi dengan livery diatas.

Di Divre 2, KA Wisata Dang Tuanku juga menggunakan livery yang sama, dua garis biru dengan aksen warna biru. 

Jika Kalian Railfans Sumut, kalian pasti pernah mendengar KA Kinantan, yang merupakan KA eksekutif di Medan saat itu, livery yang dipakai sama seperti satwa di Jawa, hanya saja menggunakan warna merah, dengan penambahan kasa pelindung untuk setiap jendela di keretanya, kalian bisa menontonnya disini  , 

Livery KRL sendiri bervarian, untuk KRL dengan bahan mild steel sendiri dicat layaknya livery kereta penumpang Perumka awal-awal 90an, hanya saja terbatas pada bisnis dan ekonomi. Livery ini diikuti oleh KRD MCW 302 (MCW 301 sudah afkir dari tugasnya sebelum PJKA berganti menjadi Perumka, dan dijadikan rangkaian surplus untuk MCW 302 atau K3 Komuter ekonomi yang ditarik lokomotif). 

PT Kereta Api (2000 - 2009)- PT KAI (2009-2013)

Livery Lokomotif

Lokomotif pada era PT KA sendiri tetap menggunakan livery Perumka dengan putih striping dua garis biru, khususnya CC 203. Lokomotif CC 201 di Jawa perlahan-lahan mulai menggunakan livery ala CC 203. Sementara CC 201 dan CC 202 di Sumatera tetap menggunakan livery Perumka. Pada kali ini juga, terdapat satu uni BB 300 yang dinamakan Punokawan ini menggunakan livery unik untuk berdinas KA Wisata, namun tak bertahan lama. 

PT KA juga membentuk satuan semacam heritage untuk mereservasi benda-benda dan bangunan milik PT KA saat itu. Beberapa lokomotif dicat kembali menggunakan livery PJKA, dengan warna yang saturated. seperti BB 300, D 301, D 300, BB 200, dan BB 201.

Lokomotif CC 203 milik PT TEL yang semula menggunakan livery putih dengan dua garis biru berganti menjadi hijau dengan garis merah dan kuning, sebagai identitas kepemilikan perusahaan.

Livery Kereta, KRL, dan KRD

Di era  PT KA, livery kereta penumpang pun berubah drastis dan bervarian. Untuk kereta argo sendiri menggunakan livery ombak dengan warna putih, kuning, dan abu-abu. Hal ini tidak berlaku bagi Argo Bromo Anggrek yang masih memakai livery lamanya (walau sebagian juga dicat menggunakan livery terong, lalu menggunakan livery go green hingga 2014-2015). 

Untuk kereta satwa sendiri menggunakan livery dengan warna yang sama seperti KA Argo. dengan bentuk yang berbeda. Pola ini pun diikuti oleh Bisnis dengan warna yang berbeda, yakni biru, orange, hijau, dan putih. Sementara ekonomi pun langsung berubah dengan dominan orange, kuning, dan biru.

Untuk KRL sendiri, berbagai macam livery yang tidak akan dijelaskan detailnya karena terlalu banyak variannya. Sementara dengan kehadiran KRL Commuter Line, KRL sendiri didominasi dengan warna merah stripping kuning dengan dominan abu-abu steel

KRD sendiri pun ikut-ikutan bervariasi, semua pola, desain, dan warna sendiri ditentukan setiap Daop dan Divre sesuai kebijakan masing-masing. 

Pada tahun 2010an, KAI menghadirkan ekonomi AC, artinya kedepannya, tidak ada lagi ekonomi non-AC kedepannya, livery yang dipakai adalah livery abu-abu dengan ombak berwarna biru, dengan logo Kemenhub RI dan tulisan emboss ekonomi bold dengan ukuran yang lumayan besar disamping.

PT KAI (2011-2020)

Livery Lokomotif

Lokomotif  CC 201 dengan livery KAI versi 2013-2020


Pada tahun 2011-2012, setelah perubahan dari PT KA menjadi PT KAI, KAI menghadirkan livery dan logo baru pada lokomotif, berbagai macam lokomotif yang semula menggunakan livery putih dengan dua garis biru, kali ini menggunakan livery baru berupa dominan putih dengan warna orange dan biru. Awalnya, cowhanger lokomotif dicat abu-abu, hal ini diikuti dengan lokomotif CC 206 yang baru datang pada tahun 2013 lalu, namun dikembalikan dengan warna merah seperti yang kalian lihat di gambar atas.
Penggunaan livery ini hanya berlaku di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan seluruh Pulau Jawa. Untuk Divre 3 dan 4 sendiri tetap mempertahankan livery Perumka ala 1995 dan 1990an dengan warna yang berbalik kontras dan penggantian logo lama dengan baru dengan keterpaksaan Sehingga terlihat tidak simetris. 

Lokomotif BB 303, 306, dan BB 204 sendiri malah memakai livery ala perumkanya dengan logo barunya berlatarkan putih, entah mengapa dilakukan seperti itu. Sementara di Sumatera Utara, kebanyakan lokomotif BB 303 306, ataupun 302 menggunakna livery dengan pola yang terbalik dengan livery lokomotif pada umumnya.

Livery Kereta, KRL, dan KRD

Livery kereta yang dipakai periode ini dinamakan 'Kesepakatan II" yang digagas oleh Dirut KAI saat itu. Livery ini dibuat untuk menyatukan semua kereta-kereta baik eksekutif hingga ekonomi 'diseragamkan' jadi satu kesatuan, termasuk Argo Bromo Anggrek yang semula memakai livery baru go green. Untuk pembedanya sendiri, antara Eksekutif, Bisnis, dan Ekonomi, kita bisa lihat dari indikator warna pintu kereta. Hal ini pun diikuti oleh KRD MCW 302 yang sempat beroperasi sebagian. Livery ini juga ditegaskan dengan dirilisnya K1 16 dan K1 17. 

Dalam kebijakannya, KAI merevitalisasi stasiun dan meng-AC-kan seluruh kereta ekonomi. Dalam periode ini, tidak ada lagi kereta ekonomi yang non-AC lagi.

KAI juga menghadirkan KA Ekonomi Premium, dengan rangkaian yang sama dan livery dominan putih dengan dua garis merah yang mengapit warna orange kekuningan. 

Contoh pemakaian livery KA Ekonomi Premium

Sementara KRL masih memakai livery yang dipakai sejak periode KCJ/KAI 2009 hingga 2013, walau dipertengahan 2010an, KCJ sendiri berganti nama menjadi KCI. 

Pada periode ini juga, KAI menghadirkan KA Steinles steel dengan livery dominan putih dengan garis orange dan biru. Hal ini juga merubah seluruh livery kereta dengan livery ini. Saya bisa menyebutnya 'Livery Kesepakatan Baru'. Pola livery sendiri yang akan membedakan mana KA Eksekutif dan Ekonomi. Dengan keberadaan kereta baru ini, kereta-kereta yang berumur satu per satu dimatikan dari dinasnya. 

PT KAI (2020)

Livery Lokomotif

Lokomotif CC 203 dengan logo baru, perlu diketahui untuk periode ini hanya mengganti logo-nya saja, bukan livery.

Untuk periode terbaru ini, KAI tetap menggunakan livery periode 2011 hingga 2020, hanya saja terdapat berbedaannya pada logo yang dipakai. Untuk lokomotif yang berdinas di Sumsel atau Lampung tetap memakai livery yang sama dengan logo barunya. 

Satu unit Lokomotif, yakni CC 201 83 31 dikembalikan menggunakan livery PJKA dengan logo KAI yang baru di samping, tetap memakai logo roda bersayap di depan (SH) dan belakang (LH). Videonya sendiri kalian lihat disini

Livery Kereta, KRL, dan KRD

Untuk Kereta sendiri sudah tidak lagi memakai livery Kesepakatan II dan berganti menjadi livery ala stainless steel. Hal ini memang berbeda dengan lokomotif. 



KRL sendiri akhirnya mengalami perubahan, yakni terletak pada warna. Untuk yang terbaru ini, KRL sendiri memakai warna dominan abu² stainless steel dengan striping merah. Disini warna kuning 'ditiadakan'. Sementara, KRL Jogja Solo menggunakan livery dengan livery Batik. 

Untuk KRD sendiri masih belum diketahui informasinya. Namun KRD semacam KRD bandara atau KRL bandara sendiri juga berganti seragam.

Perlukah Livery Heritage untuk armada Kereta Api?

Ketika kita melihat ke jenis transportasi lain, seperti bus dan pesawat, kebanyakan dari mereka mulai memakai livery vintage atau heritage. Hal ini dilakukan untuk mengngat masa-masa lalu. Saat ini, livery retro sedang naik daun. Contohnya seperti yang kalian lihat dibawah ini:


Nah, hal ini pun merembet ke kereta api juga. Namun sebenarnya, jauh dari 2021, PT KAI sudah memberikan banyak livery retro seperti PJKA ke beberapa lokomotif diesel, terlebih diesel hidrolik dan CC 200. Untuk livery retro perumka, masih bisa kita nikmati di Divre 3 dan SubDivre 4 KPT dan TNK. Bahkan, CC 205, lokomotif terbaru dari EMD (kini Progress Rail by Caterpillar) malah memakai livery Perumka ketimbang livery baru KAI. 

Penggunaan livery kereta semacam ini memungkinkan penting, dengan alasan mengingat masa-masa kejayaan di PJKA atau Perumka. Maka dari itu, beberapa unit lokomotif di cat dengan livery tersebut. Terlebih juga, livery yang dipakai memiliki rentang waktu yang pendek dan tidak akan pernah kita lihat lagi kedepannya.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

[RAILWAYS] Lokomotif CC 206 (GE CM20EMP), Lokomotif dengan Populasi Terbanyak se Indonesia

[RAILWAYS] Livery Facts of Indonesian Railways Locomotives