[RAILWAYS] Kereta Api Argo Bromo Anggrek, Legenda Kereta 'Super Modern' Era 90an dan 2000an

Illustrasi KA Argo Anggrek saat kedatangannya di Gambir

Kereta Api Argo Bromo Anggrek sudah lama tidak asing lagi terdengar masyarakat, termasuk para railfans. Satu-satunya kereta eksekutif nomor Wahid dan super mewah era perumka, dan merupkan versi modern atau generasi kedua dari JS950 Argo Bromo. Untuk Argo Bromo Generasi II ini mendapatkan seri JS825, dikarenakan hanya menempuh waktu hingga 8 ¼ jam saja. Berbeda dengan sebelumnya, JS930. Hingga kini, eksistensi Argo Bromo masih bisa kita lihat sampai saat ini, hanya saja berbeda tampilan dan pelayanan yang jauh modern.

Proses Perjalanan Panjang Legenda Pantura

Dimulai sejak tahun 1995, perumka menghadirkan KA JS930 dan JB250 di Staisun Gambir. Diresmikan oleh presiden RI ke-2, Soeharto, kereta tersebut bernama Argo Gede dan Argo Bromo. Keduanya memakai K1 eksekutif Argo dengan livery abu-abu dengan seleret ganda biru dibawahnya, dan baru fresh dari PT INKA. Hal ini sama seperti rangkaian kereta eksekutif lainnya. Kacanya dibuat agak lebar sehingga mencerminkan kereta Argo. Sementara, prototype JS950 ditampilkan di sebuah pameran di Jakarta pada tahun 1996.
Penamaan JS950 sendiri merupakan Kereta Lintas Jakarta-Surabaya yang bisa ditempuh selama 9.5 jam saja. Begitupun dengan JB250 Argo Gede yang bisa ditempuh hingga 2.5 jam. Sedangkan penamaan 'Argo' sendiri mewakili kereta kelas Wahid, yakni paling tinggi. Argo sendiri biasanya memakai nama-nama gunung. Contoh Argo Bromo yang diambil namanya dari gunung Bromo, sehingga tujuan akhirnya mengarah Bromo yang mempresentasikan Stasiun Surabaya Pasar Turi. Begitupun dengan Argo Gede.
Rangkaian Baru K9 untuk Argo Bromo
Dua tahun sebelum diresmikan kedua kereta tersebut, INKA melakukan ekspansi untuk membuat rangkaian kereta model baru yang dibuat untuk berjalan dalam kecepatan tinggi. Kereta tersebut nantinya akan dipakai untuk Argo Bromo Generasi II yang akan menggantikan nama JS950.
Bagi yang belum tahu siapa perancangnya, perancang satu set kereta Argo Bromo Generasi II adalah Bapak Danny Damar Swasonodjati, yang sempat bekerja di INKA dan terlibat dalam pengembangan kereta ini. 


Illustrasi Interior K1 Argo Bromo Anggrek Generasi II. Seat memakai warna biru.

Semua rangkaian ini keluar dari loos INKA setelah dua tahun dirancangbangunkan. Trainset mulai dipakai pada September 1997, dan diresmikan bersama dengan lokomotif CC 203 25. Peresmian dan pemberangkatan kereta dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur saat itu, Basofi Soedirman. Diresmikannya kereta tersebut menjadikan kereta mewah dan modern nomor Wahid di Indonesia.
Selain Argo Bromo Anggrek, sejumlah kereta memakai rangkaian yang serupa, seperti Argo Lawu, Argo Sindoro, dan Argo Muria. Keempat-empatnya bisa disebut Empat Serangkai K9. Rangkaian K9 sendiri dikenal enak karena memakai air suspension, hal ini menginspirasi beberapa perusahaan bus yang memakai suspensi ini sebagai suspensi standar. Seperti layaknya Scania K360iB, Mercedes OH1626NG, hingga Volvo B11R yang terbaru.
Menurut salah satu surat kabar pada saat itu, tarif perjalanannya dibendrol hingga 150 ribu. Ya memang mahal pada zamannya karena pelayanannya yang super mewah dan modern.

Layanan Dihentikan, Muncul Berbagai Masalah.

Kereta Pembangkit Argo Bromo Anggrek anjlok di daerah Stasiun Manggarai pada tahun 2008. Alasan-alasan seperti inilah membuat INKA memutuskan untuk menarik seluruh rangkaian K9 Argo Anggrek ke loos INKA untuk direparasi. Sementara Argo Bromo tetap jalan dengan K1 milik Sembrani hingga 2011. Source : liputan6.com dan Courtesy of SCTV @2008

Pada tahun 2000an, layanan kereta ini resmi dihapus, entah apa alasannya, alhasil menyisakan perjalanan pagi dan malam. Hal ini termasuk layanan KZ atau kereta bussiness centre. Pada periode ini, Argo Bromo Anggrek menambah stasiun Cirebon Kejaksan sebagai stasiun singgahan selain Pekalongan dan Semarang Tawang. Sejak dihapusnya layanan ini, berbagai masalah mulai datang, mulai dari terbakarnya kereta makan, tabrakan, hingga anjlok. Pelayanan tersebut makin 'hancur' sejak periode 2005 hingga 2009. Tak hanya Argo Anggrek saja, beberapa aset dan armada kereta lainnya juga mengalami hal yangs serupa lantaran kurang perhatian dari PT KA dan Pemerintah saat itu.
Saya sempat memiliki banyak MKA, dan membaca berbagai keluhan penumpang didalam salah satu edisi MKA yang saya baca. Salah satu penumpang mengungkapkan, Argo Anggrek yang ditumpanginya mengalami masalah pada AC atau pendingin, seat bau, toilet bau, makanan kurang enak, bahkan sering berhenti di stasiun Bekasi yang seharusnya tidak berhenti. Jalannya kereta ini agak lambat sehingga mengakibatkan keterlambatan para penumpangnya.


Kereta Makan Argo Bromo Anggrek (diduga M1 97903) terbakar di Stasiun Surabaya Pasar Turi pada tanggal 9 Mei 2005. Courtesy : SCTV  & Liputan6

Banyaknya kecelakaan dan anjlok membuat INKA heran. Pada tahun 2009, INKA menarik seluruh rangkaian K9, dan diganti dengan rangkaian Sembrani. Hal ini berlaku juga bagi Argo Sindoro dan Argo Lawu. Semua direparasi hingga tahun 2012. Kejadian tersebut juga dialami si Lawu dimana rangkaian tersebut juga tidak cocok dipakai lintas tengah-selatan, dan beralih memakai K1 biasa. Terdapat 3 unit kereta yang tidak lagi beroperasi, yakni BP 979XX dan dua unit K1 979XX yang teronggok di BY SGU. 

Go Green, dan CC 206.

Pada tahun 2011, INKA menghadirkan Argo Bromo Anggrek kembali dengan tampilan yang fresh yakni Go Green. Lokomotif penariknya tetap CC 203, namun kadangkala memakai CC 204 sebagai penarik kereta. Go Green memakai livery putih dengan seleret hijau, terapat lambang Go Green disamping pintu. Interiornya menggunakan warna orange dan seat bewarna putih cream. Livery semacam ini masih dipakai hingga tahun 2015. Makna Go Green sendiri adalah mengharapkan masyarakat untuk beralih menggunakan jasa transportasi umum, khususnya kereta api, untuk mengurangi angka kemacetan, sehingga angka polusi kendaraan bermesin berkurang.
Pada tahun 2013, KAI menghadirkan CC 206 alias Puong. Lokomotif Berseri GE CM20EMP ini akan menggantikan peran CC 203 dan CC 204. Mengingat CC 204 gen. 2 akan berdinas di Sumatera Selatan dan Lampung. CC 206 resmi menjadi lokomotif dinas Argo Bromo Anggrek hingga saat ini. 

Sleeper, dan Kereta Stainless Steel

Kereta api Argo Bromo anggrek mendapatkan layanan baru yakni sleeper class. Kereta tersebut memakai rangkaian stainless steel, dengan seat sleeper, yang akhirnya menginspirasi banyak perusahaan otobus. Salah satunya Laksana Suite Class dan Adiputro Dream Coach. Layanan ini adalah 'reinkarnasi' dari Kelas KZ yang dihapus beserta layanannya pada tahun 2000an.
Pada tahun 2019 hingga 2020, rangakaian Argo anggrek diganti dengan rangkaian stainless steel. Artinya, rangkaian K9 dipakai Argo Muria, dan dirumorkan akan masuk daftar konservasi. Dengan demikian, hilang sudah kejayaan Argo Anggrek JS850. 

Rute

Awalnya, baik JS950 dan JS825, bersinggah di Pekalongan dan Semarang Tawang. Namun, seiring berjalannya waktu, terjadi penambahan tempat singgah. Era tahun 2008-2009, Argo Bromo anggrek resmi bersinggah di Stasiun Cirebon. Lalu pada baru-baru ini, Argo Bromo Anggrek juga singgah di Cepu. Sepertinya hampir mirip dengan Sembrani yang setiap stasiun besar pasti disinggahi.

Mengenal lebih dekat Rangkaiannya

Awalnya, Argo Bromo memakai rangkaian K1 Argo biasa buatan PT INKA. Hal ini sama layaknya JB250 Argo Gede. Trainset ini masih dipakai hingga tahun 1997, dimana bekas kereta ini dipakai Bima. 
Namun, sebenarnya ini hanyalah kereta sementara, sebab dua tahun sebelum diresmikan, INKA sudah mulai mengembangkan K9 untuk Argo Bromo Anggrek JS825, yang kebetulan Bpk. Denny Damar Swasonodjati terlibat dalam proyek luar biasa (PLB) tersebut. Rangkaian karya beliau di-design dan di-protoype antara 1993 hingga 1995. Dan pada tahun 1997, rangakian ini keluar dari loos INKA, dan diresmikan langsung bersamaan dengan Lokomotif CC 203 25.
Rangakaian K9 yang didesign beliau memakai design kereta yang terinspirasi dari kereta TGV Perancis dan ICE Jerman. Seluruhnya memakai bogie K9 atau CL243 buatan Alstom Rail Perancis. Kereta ini didesign mirip seperti pesawat penumpang, terutama interiornya. CL243 sendiri memakai air suspension yang membuat kereta ini minim getaran dan guncangan saat melaju dengan kecepatan tinggi.
Pada eksteriornya, kereta memiliki bamper berwarna abu-abu, pintu bertombol, kaca hitam lurus dengan latar belakang warna pink, terdapat 2 logo yang dihiasi dua garis biru, serta logo Argo Anggrek sendiri. 


Interior Kereta Api Argo Bromo Anggrek yang menggunakan warna orange-merah yang sebelumnya memakai hijau teal. Sumber : Wikipedia

Sementara, interiornya sendiri, kereta ini memliki seat reclining dengan leg rest. Dilengkapi dengan colokan charger, lampu baca, Layar Informasi yang dibuat selayaknya pesawat, televisi, serta dua unit toilet (duduk dan berdiri). Interiornya didonminasi warna hijau teal dan putih. Seat juga dilengkapi dengan cantolan untuk tas kresek dan meja seat untuk makan. Bagi saya, ini cukup mengherankan, mengapa tidak berwarna ungu/pink dan perumka malah memakai warna hijau. Mungkin karena istilah 'go green' kah? 😁
Perumka juga menghadirkan kelas KZ yang memiliki stamformasi yang serupa, namun seatnya dibuat dari kulit, dengan legrest, faksimile, telepon chip selular, serta dua unit komputer untuk berselancar internet. Kereta ini biasa disebut 'bussiness center'. Sesuai statement yang ada di brosurnya. Jumlah seat pada kereta ini hanya dikurangi 8-9 seat saja. Rumornya, berdasarkan informasi yang saya dapat dari situs komunitas Skycrapercity, Kereta ini di-lease oleh BNI dan internetnya didukung XL (belum ada embel-embel Axiata).
Yang saya sayangkan, bisa dibilang sangat minim untuk mencari dokumentasi kereta tersebut dalam bentuk film dokumenter maupun video iklan mengenai kereta KZ ini, hanya menyisakan gambar brosur kereta saja. Itupun hanya sebagian kereta saja yang di foto.


Interior KZ Argo Bromo Anggrek. Perhatikan dua unit komputer dengan wallpaper batik dan faksimile di sebelah kiri komputer yang disorot lampu. Sumber : Skycrapercity



Interior Kereta Argo Bromo Anggrek kelas KZ dari tampilan view gang penumpang. Source : PT INKA

Sementara kereta Pembangkit sendiri memakai dua unit genset (satu primer, satu cadangan), sebenarnya kereta pembangkit ini beregistrasi BP 979XX, yang memiliki ruang bagasi. Serta kereta makannya yang di-design ala-ala mini bar dan restoran mewah. Semasa tuslah masih disediakan saat itu, perumka menghadirkan makanan mewah dan berkelas. 

Lokomotif

Railsprinter alias CC 203 menjadi lokomotif pernarik utama kereta ini. Karena secara spesifikasi teknis, CC 203 lebih unggul dalam hal performa dan kecepatan. CC 203 sendiri bisa dipacu hingga maksimal 120 km per jam. Kemudian pada tahun 2009 hingga 2011, Lokomotif CC 204 baik batch 1 dan 2 resmi menjadi pernarik kereta ini, dan pada akhirnya CC 206 menjadi penarik utama kereta ini. Yang unik, beberapa lokomotif CC 201 pernah berdinas Argo Bromo anggrek juga. Seingat saya, sekitaran 2007, Argo Anggrek yang saya tumpangi pernah ditarik Lokomotif CC 201. 

Dilema Gapeka Baru dan Argo Wilis

Argo Bromo Anggrek resmi berganti nomor KA pada Gapeka Terbaru tahun 2020 lalu, sebab Argo Wilis, yang semula menjadi satu-satunya kereta Argo yang tidak pernah menginjak Tanah Betawi, akhirnya menyerah juga untuk menginjaknya di Gapeka 2020. Argo Wilis memakai angka 1 hingga 2, menggeser Argo Bromo Anggrek yang mendapatkan angka 3, 4, 5, dan 6. 
Sampai saat ini, eksistensi kereta ini masih bisa kita lihat. Hal ini berbeda dengan Argo Jati dkk yang dihapus atau diganti, Argo Bromo Anggrek masih dicintai keberadaannya oleh masyarakat, terutama railfans yang menjadi tulang punggung sejarah modern perkeretaapian indonesia. Berharap, tidak ada wacana penghapusan kereta ini mengingat indonesia akan membangun kereta super cepat Jakarta-Surabaya yang semula digagas RI-Jepang lalu RI-China.

Sumber : Roda Sayap, Wikipedia, Skycrapercity, dan berbagai sumber Lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[RAILWAYS] Lokomotif CC 206 (GE CM20EMP), Lokomotif dengan Populasi Terbanyak se Indonesia

[RAILWAYS] Perkembangan Livery Kereta Api Indonesia dari masa ke masa

[BUS] Scania K360iB, Chassis Premium Favorit